Sebelum Menikmati Filmnya, Baca Dulu Sinopsis Novel Tenggelamnya Kapal Van der Wijck
Novel cinta yang kental dengan budaya Minangkabau ini menampilkan keelokan alam dan budaya Minang. Mulanya novel ini berupa cerita bersambung yang ada pada majalah Pedoman Masyarakat yang terbit pada kisaran tahun 1938. Namun hingga sekarang sudah muncul novel dan juga filmnya yang tidak kalah menarik. Berikut sinopsis novel tenggelamnya kapal Van der Wijck.
Sinopsis Singkat Tenggelamnya Kapal Van der Wijck
Zainudin yang merupakan tokoh utama dalam novel ini adalah seorang lelaki keturunan Minang dan Makassar. Darah Minang yang didapatkan berasal dari ayahnya, sedangkan darah Makassar turun dari ibunya yang merupakan seorang keturunan suku Bugis. Sepeninggalan orang tuanya, Zainudin berniat mengunjungi kerabat dari keluarga ayahnya.
Mak Base yang merupakan pengasuh Zainudin pun memberi izin untuk Zainudin pergi ke sana. Sekian lama lelaki muda ini belajar ilmu agama dan juga adat yang telah diajarkan, hingga pada suatu hari ia bertemu dengan gadis cantik bernama Hayati yang mampu membuat Zainudin jatuh cinta padanya saat pandangan pertama.
Meskipun terlahir dari sang ayah yang merupakan keturunan Minang, tetapi Zainudin tidak bersuku dan juga berbangsa. Sifat keturunan Zainudin ini pun hanya menumpang orang tua, tidak ada mamak ataupun penghulu yang mengakuinya sebagai keponakan. Inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa cintanya kandas dan tidak direstui oleh keluarga Hayati.
Duka yang menerpa zainudin semakin dalam setelah ia melihat hayati telah dinikahkan dengan orang lain yang merupakan seorang Minangkabau asli. Setelah dua bulan berlalu, Zainudin bertekad melupakan cintanya dan pergi ke tanah Jawa. Tempat inilah yang membesarkannya hingga ia terlahir kembali menjadi nama Sabir.
Singkatnya, suami hayati bangkrut akibat kebiasannya yang tidak bisa dihilangkan, yaitu berjudi dan juga bermain perempuan. Namun Zainduin yang telah dikenal dengan nama tuan Sabir, dengan lapang hati menerima Hayati beserta suaminya untuk dinggal bersama dirumah miliknya.
Setelah beberapa hari berganti, suatu hari Hayati menerima surat permintaan cerai dari sang suami. Dengan kebaikan hatinya, Zainudin masih berlapang dada untuk memberikan biaya kepada hayati untuk dapat pulang ke tanah Minang. Meskipun pada saat itu Hayati masih ingin hidup bersama dengan Zainudin dan mengharapkan cintanya akan bersambung kembali, tetapi Zainudin menolaknya.
Hayati pun dipulangkan ke kampungnya di Minang menggunakan jalur laut yaitu kapal Van der Wijck dari Surabaya. Namun kejadian naas menyerangnya, dimana kapal yang dinaiki oleh hayati karam dan mengakhiri hidup Hayati. Kejadian ini tentu menjadi pukulan besar bagi Zainudin karena terlalu meninggikan sifat egoisnya.
Pesan Moral Yang Tersirat Dalam Kisah Tenggelamnya Kapal Van der Wijck
Penulis novel Tenggelamnya Kapal Van der Wijck yang bernama Hamka, melalui kisah cinta ini ia mengkritik salah satu sistem pernikahan yang berada di Minang pada masa itu. Tersirat adanya diskriminasi orang bukan Minang untuk menikahi anak gadisnya. Ditambah lagi, orang yang tidak bersuku Minang dianggap sebagai orang yang tidak berbangsa dan tidak paham adat Minang.
Sejak dikeluarkannya sinopsis novel Tenggelamnya Kapal Van der Wijck, sudah banyak ditemui orang tua Minang modern yang sudah tidak menganggap bahwa suku adalah syarat utama dalam mengangkat menantu. Namun tetap saja masih banyak ditemui orang tua yang masih memegang teguh tradisi ini.
Perjalanan yang diceritakan Zainudin dan Hayati ini sukses membuat para pembaca larut dalam kisah romantis yang dibawakan oleh sang penulis. Di tahun kisaran 2013 kisah ini diangkat ke layar film berjudul Tenggelamnya kapal Van der Wijck. Kisahnya diperankan oleh beberapa artis ternama seperti Herjunot Ali dan Pevita Pearce.